SALAH satu aturan keselamatan penerbangan adalah melarang menyalakan ponsel di dalam pesawat terbang. Karena Ponsel tidak hanya mengirim dan menerima gelombang radio, juga meradiasikan tenaga listrik untuk menjangkau BTS (Base Transceiver Station).
Sebuah ponsel dapat menjangkau BTS yang berjarak 35 kilometer. Artinya, pada ketinggian 30.000 kaki, sebuah ponsel bisa menjangkau ratusan BTS yang berada dibawahnya. Secara singkat, selalu diterangkan bahwa dikhawatirkan sinyal ponsel dapat menggangu navigasi penerbangan dan jalannya mesin pesawat.
Namun setelah dilakukan uji coba, kini pemakaian ponsel saat terbang sudah diperbolehkan di beberapa pesawat komersial. Panggilan ponsel pertama dilakukan di pesawat Emirates pada ketinggian 30.000 kaki di Airbus A340-300 jurusan Dubai-Casablanca beberapa waktu lalu, demikian The Age.
Pesawat pertama Emirates milik Uni Emirat Arab tersebut menggunakan sistem AeroMobile yang rencananya diterapkan pada pesawat lainnya. Melalui sistem AeroMobile, ponsel bisa dioperasikan dengan daya minimum sehingga sinyalnya tidak mengganggu perangkat elektronik di dalam pesawat.
Penumpang dapat berkomunikasi namun tetap perlu pembatasan penggunaan ponsel dan sebaiknya mengatur ponsel dalam keadaan silent agar tidak mengganggu orang lain.
Maskapai Uni Eropa pun setuju dengan terobosan penggunaan ponsel di dalam pesawat saat terbang. Bahkan bukan hanya melakukan percakapan telepon, termasuk mengirim SMS, dan e-mail sudah memungkinkan pada beberapa maskapai Eropa. Maskapai Emirates dan Air France segera akan meluncurkan layanan ini ke beberapa rute.
Sedangkan Maskapai Lufthansa-Jerman memilih tidak akan menerapkan layanan ini. Berdasarkan survei bahwa sebagian besar konsumen Lufthansa menolak penggunaan layanan tersebut. Mereka tetap khawatir penggunaan ponsel itu akan mempengaruhi keselamatan dan keamanan selama penerbangan.
Bagaimanakan dengan Indonesia?
Maskapai penerbangan terbesar di Indonesia GARUDA INDONESIA AIRWAYS, akan menerapkan teknologi AeroMobile pada pesawatnya pada tahuan 2010. Rencana ini terkait dengan kedatangan 10 unit pesawat terbaru jenis Boeing 777 dua tahun mendatang, demikian penjelasan Direktur Operasional Garuda, Capt. Arie Sapari sebagaimana dilansir Antara. Rencana ini tentu harus pula didukung oleh peraturan dari pemerintah RI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar